Sabtu, 16 November 2019

Potensi Syabab di Tengah Mahasiswa UI

Setidaknya sudah hampir satu dekade aku di UI. Secara khusus tentu banyak yang harus dipelajari dari komunitas akademik yang beragam ini. Tidak banyak yang geleng-geleng kepala untuk memahami masyarakat multi-disiplin ilmu dan multi-budaya ini. Setidaknya seseorang dengan misi dan visi tertentu akan menghadapi tantangan yang berat untuk menyampaikan ideinya ditengah pluralistik ini.
Mahkluk Tuhan ini yang berasal dari Sabang sampai Meuroke ada di UI. Semua punya fisik, budaya, ketersinggungan, cara berfikir, bahkan afeksi yang berbeda-beda. Satu diantaranya yang penting adalah bagaimana menyelaraskan fikiran yang saling bertukar tambah. Diantara mereka ada yang tertutup atau menutupi diri namun ada juga yang membuka diri dengan bertindak hyper-active. Namun ada beragam akal fikiran yang unik di sini jika kita pelajari dengan seksama maka ada garis-garis narasi yang menjadikan pola fikir, pola ucapan, dan pola tindakannya demikian.
Okelah langsung saja tanpa memperpanjang petatah-petitih. Saya ingin mengulas sedikit info yang tidak semua orang tau tentang UI. yaitu adalam UI sebagai pusat pergerakan (oh semua tau ya ^_^'). Tapi gini, narasi gerak yang ada di UI sungguh mulai berubah setidaknya dari tahun 1998. Ada sudut pandang yang mulai bergerak dewasa tentang hakikat ini tapi tidak sedikit yang tidak peduli dengan itu. Ideologi gerak biasanya hidup ditengah keresahan mahasiswa dan kadang hanya untuk pelengkap nafsu akademis aja. Kayak politisi bicata narasi perubahan dari gerakan yang berlandaskan keresahan hanyalah bumbu-bumbu untuk peningkatan elektabilitas.
Pentingnya pergerakan ini adalah untuk Indnesia lebih baik atau peradaban lebih baik. Dunia bahkan Indonesia memiliki sejarah yang jelas dinamis yang berasal dari kelompok generasi muda khususnya terpelajar. Jadi posisi UI penting dalam mewujudnya tatanan baru. Indonesia bisa dilihat secara sempit dari UI. Jika UI bisa bersatu Indonesia sebuah persatuan dari keniscayaan yang telah diukur.
Potensi peradaban baru yang ada tidak dari landasan sistem liberal, demokrasi dan kapitalis. Ngak rasional jika berkata demokrasi akan menciptakan peradaban yang baik. Kita bisa berdebat masalah ini kemudian, namun yang terpenting adalah bagaimana ego-ego subyektif dihilangkan dulu.
Kita bicata potensi peradaban yang telah memiliki jejak empiris. Khilafah. Tidak tertutup ada bentuk peradaban lain dengan tingkat kerelevanan cocok untuk kelompok tertentu.
Khilafah bentuk sistem pemerintahan yang bisa dikatakan tertua dari segi peradaban yang dibentuk. Khilafah jika dikaji memiliki kecermerlangan era atau disebut golden ages (abad emas). Jika hal ini disampaikan pada kondisi mahasiswa yang kritis berfikir dan dinamis dalam bertindak maka suatu keniscayaan Indonesia yang kita kenal kemudian akan menjadi Indonesia emas. Ngak perlu menunggu tahun 2045, bahkan lebih cepat dari pada itu Indonesia bisa kembali memiliki posisi bargaining dipercaturan dunia.

Makan pusat akademia ini sangat penting untuk menumbuhkan keresahan, sentuhan kondisi zaman, dan kepedulian sosialnya untuk bisa menggali ilmu yang jauh lebih tinggi dari sekedar demokrasi. Mahasiswa UI saat ini fikirannya tertutup oleh selubung demokrasi yang mana dia tidak pernah berfikir solusi dari luar selubung itu. Jika orang berfikir think out of the box itu sangat diperlukan, namun dalam politik think out with the box itu yang dibutuhkan. Lebih liberal lebih asik, lebih radikal lebih hidup.
UI berkisar ada 50ribu mahasiswa aktif yang potensial. UI ada roh pergerakan yang dapat mengubah wajah Indonesia bahkan UI dapat mengemban transisi peradaban ini. Oleh karena itu setidaknya ada beberapa tahapan yang jelas harus dilakukan. Perlu keterbukaan, transfer tukar tambah knowledge, dan wadah pergerakan.
Keterbukaan yang saya maksud di sisi memiliki aspek ganda. Aspek internal dan eksternal kampus. Kampus beberapa saat lalu masih kita ingat berupaya untuk mengekang kebebasan dalam pergerakan mahasiswa. Salah satunya FRM UI tempat saya hidup (maksudnya tempat gerakan saya waktu masih mahasiswa) dibubarkan. Walau kehadirannya sudah kayak hidup segan mati ngak mau sih. Cuma ada history dan pandangan umum tentang apa itu FRM. Sekurang-kurangnya tempat orang bertanya "mahasiswa 000 di UI dimana ya?". Tapi sejak Ang menjadi pimpinan Masjid UI semua berubah, dan saya pun menghilang (kayak cerita avatar ^)_^).
UI harus terbuka secara akademik maupun pada roh dan budi yang lurus terhadap perubahan tanpa kekerasan. Saya berharap itu bisa terjadi walaupun menutupinya suatu hal yang tidak mungkin juga. Karena kadang kebangkitan itu muncul dari ikan air yang keruh bukan yang bersih. Begitu juga Renaissance akan bangkit dengan tekanan bukan di tengah dogma-dogma "NKRI harge mate". Oleh karena itu ketertutupan UI adalah keniscayaan yang berdampak semakin dinamisnya gerakan mahasiswa.
Transfer tukar tambah knowledge adalah bagian yang penting menyangkut pemahaman yang lurus dan cara pandang yang baik dan obyektif. Jadi ada kerangkeng berfikir kada saya sebut dengan toxic of idealism. Sederhananya tida semua orang mendapat dorongan kecuali jika ada informasi yang rasional dan relevan yang mennyentuhnya. Oleh karena itu berfikir dogmatis atau ada di zona nyaman memiliki tantangan yang berat untuk sampai ke titik kesadaran dari transfer knowledge. Tidak sederhana dan juga tidak simple oleh karena rencana dan metode yang dibuat pun tidak ecek-ecek. Rata-rata teman-teman satu ideologi tidak menyadarinya. Sebenarnya ada hakikat yang dilematis dalam transafer knowledge ini yaitu di saat knowledge itu tersampaikan dan menyentuh harus ada wadah kmunitas yang bisa merekonstruksi seseorang, karena barus saja yang dilakukan adalah uninstall cara berfikir.
Jika komunitas tersebut tidak ada atau engage in nya kurang. Si person akan tertolak atau terbentuknya cara pandang konstruktifitas pemikiran yang tidak sempurna. Wajar saja jika kemudian ada sikap pasif atau kecewa. Hal ini harus diwanti-wanti agar tidak terjadi kelalaian dalam membicara berfikir yang lurus. Karena ideologi itu dinamis maka transfer yang tidak sempurna hanya akan membuka celah kerelevanan yang lain, dan mungkin saja itu bertentangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar