Kamis, 12 Agustus 2021

Aku Benci di Kasihani

 Baik lah, sekarang kita ada flash back kebelakang. Melepas diri sejenak dari rutinitas sebagai bapak rumah tangga yang belum punya tangga apalagi rumah. Nah, kali ini kita akan cerita terkait pengalaman saya ketika masih SMA.

Di SMA aku lebih ingat tinggal sendiri karena di kost-kan. Tak banyak yang berwarna lebih suram dalam ingatan. Cuma ada satu hal yang sampai saat ini aku ingat, yaitu tentang pegadaian. Aku pernah ke pegadaian dan tak terhitung seringnya. Namun kali ini, aku diamanahi tugas untuk memperpanjang surat. Semacam barang yang kita gadaikan sudah jatuh tempo tapi belum mau diambil maka jangka waktu penggadaian barang itu bisa diperpanjang. Klo ngak salah setiap 6 bulan atau setiap 3 bulan, agak lupa persis nya. Intinya harus diperpanjang sebelum jatuh tempo. 

Nah suatu hari, saya harus memperpanjang tu surat. Tentu saja jadwalnya bentrok dengan sekolah. Karena pegadaian ditempat saya biasaya tutup lebih awal sedangkan saya pulang sekolah jam 2 an. Jadi ngak akan bisa nunggu sampai harus pulang sekolah. Satu2nya caranya yaitu minta izin keluar sekolah. Apapunlah alasannya, yang penting harus bisa. 

Untuk alasan keluar sekolah, aku sering melakukannya. Apakah untuk cari angin aja, pulang lebih cepat, atau untuk kebutuhan lain. Tak jarang memakan alasan yang sifatnya urgen kayak bilang lupa matiin kompor, sakit, atau apa lah. Alasan pertama biasanya sangat mujarab. Intinya bisa keluar dulu. Tentu saja dengan mudah saya bisa keluar sekolah karena wajah saya memang kurang familiar dari anak-anak yang dikenal badung.

Izin dari sekolah, pergi ke pegadaian. 

Sesampai di pegadaian, seperti pandangan umumnya. Ada loket kasir, ada loket taksir, meja dan kursi untuk pengunjung yang tersedia. Tanpa memperbanyak waktu saya menanyakan pada petugasnya tentang surat yang mau diperpanjang. Dengan nada tajam di ibu2 petugas langsung menyeletup. Dek ini udah dilelang. Tunggu sebentar ya. Dengan tergopoh2 ibu itu jalan kebelakang gedung dan beberapa saat kemudian muncul lagi.

"Dek ini udah di lelang barusan barangnya, harusnya adek datang lebih pagi tadi"
"semuanya bu?" tanya saya

"ini ngak, yang ini sudah" jawab ibu itu sambil melihatkan tanggal yang sudah jatuh tempo.

"Baik ngak papa, tadi saya ngak bisa pagi2 karena ada ujian Diperpanjang aja yang belum dilelang bu"

sesaat ibu itu mengerjakan tugasnya dan aku kembali menunggu surat diperpanjang. Tentu saja percakapan kita di dengar oleh seisi ruangan mengingat si ibu suaranya lumayan keras untuk kantor yang sepi itu. Selain itu si ibu petugas juga ngobrol dengan teman2nya terkiat kasus aku. Dengan suara kasihan karena anak sekolah yang tidak bisa memperpanjang surat karena harus ujian di pagi hari. Kayaknya ngak cocok dijadikan adegan dramatiris apalagi diangkat menjadi film layar lebar. Sebenarnya tidak hanya ibu petugas dan teman2 nya yang membahas dan melihat ke aku, tapi hampir seluruh orang di ruangan tersebut. Yah,, aku jadi objek perhatian dek. Anak SMA masih pake seragam dan lagi perpanjang surat pegadaian, untung ngak tau klo sejak lahir aku jomblo. Hhhmmm, rahasia aman.