Sabtu, 02 November 2019

Jangan Dipaksakan

Sebelumnya saya sangat tertarik dengan dunia pergerakan. Bahkan banyak narasi strategis yang saya fikirkan akan dapat terealisasi dalam gerakan. Tentu saja konsennya gerakan politik yang menjadi akar ketidak-adilan negeri ini. Siapa yang tidak melihat keburukan itu bahkan siswa SD yang saya ajar merasakan kegelisahan yang seharusnya tidak dia fikirkan.
Mungkin kita tepis dulu ide saya tentang pergerakan. Hal yang ingin saya bahas adalah culture team. Awalnya saya cukup bersemangat karena ada tantangan yang dapat membuat gerakan lebih dinamis. Namun, di sisi lain terlihat ompongnya. Di dalam team ada orang yang ngak bisa berlogika, ngak mampu berfikir teknis bahkan ngak punya pengalaman sebelaumnya secara spasial namun mendapat posisi strategis dalam team. kan lucu.
Sering kali saya kritik namun tidak ada perubahan. Berfikir teknis itu baik tidak buruk namun culture team ngak butuh pemimpin yang berfikir teknis. ini cuma baru satu jenis.
ada lagi yang lain sentimennya tinggi. ada lagi junior yang egois dan sombong. ngak ada respek-respeknya dah.
Intinya klo saya bahas semua banyak yang cacat dalam team ini. Sehingga arah gerakan juga ngelantur kemana-mana ngak jelas. Setelah saya memilih untuk keluar dengan harapan tidak terjadi sentimentasi internal yang mempengaruhi kinerja team. Namun nyatanya organisasi itu bubar, dimana pihak pembina tidak lagi menyetujui organisasi ini.
Saya hanya fikir, udah sepantasnya.
Tentu saja diluar kadang kita bertemu dan berteman hanya sebatas itu. Sulit rasanya berorganisasi lagi dalam satu team walaupun urgenitas saat ini menjadi faktor pendorong.

Jelas banyak hal yang menjadi kekecewaan mendalam yang sulit untuk diuraikan dengan kata-kata. Sehingga hubungan kita biasa aja. Tidak dekat juga tidak jauh hanya sebatas itu saja. Saya juga tidak berharap banyak karena dalam pergerakan butuh team culture jika udah ada kesombongan dan kaca mata kuda hanya akan menutup petunjuk logika ke penyelesaian masalah.

Sesekali salah satu diantara mereka mencoba membangun narasi keakraban. Saya saran ngak usahlah. Biasa aja karena apapun narasi itu niatnya, hanya terlihat kata-kata kosong yang tiada makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar