Kamis, 25 Januari 2024

Pemilu Batil: Tolak Demokrasi, Kembali Pada Perintah-Nya

 


Berhentilah berjuang dan bertengkar dalam sistem politik Demokrasi. Karena kita menang atau pun kalah sama-sama buruk. Kita akan jadi bara atau jadi arang. Kemenangan berujung keterikatan diri dengan UU yang harus mengabaikan Titah Tuhan. Dengan sengaja kita menghianati keterikatan dengan Tuhan yang sudah lebih dulu adanya. Jika kalah, kita tetap sudah berkhianat untuk suatu materi dunia yang menjerumuskan banyak orang.

Iman pada Tuhan itu lurus seperti cinta. Ketika kita mencintai seseorang kita menerima konsekuensi dan berkorban untuk terbentuknya asimilasi yang tercipta tanpa menyakiti orang yang dicintai. Seharusnya iman pun demikian, Ketika kita memeluk Islam maka sudah seharusnya kita menerima segala konsekuensi dan melakukan asimilasi kehidupan dengan bagaimana Islam mengatur kehidupan seorang muslim.

Kadang kita merasa iman kita ini tidak lurus bahkan tak pernah ada. Namun, bukankah itu proses pendewasaan diri dalam hidup untuk menjadi lebih baik. Kembali sebelum hancur, bertobat sebelum berakhir. Jangan sampai terlambat atau berakhir dikala buruk, hancur, dan berkhianat pada Tuhan. Kita sama-sama saling mengingatkan diri tentang absolutisme iman bahwa tidak ada titah yang lebih utama dari Titah Tuhan demi kelurusan iman.  

‘Aku hanyalah serpihan kaca bahkan butiran debu’. Ya dan iya, itulah aku, kamu, dan kita. Bahkan kita tak berarti apa-apa dibandingkan jagat raya ini. Tapi, Tuhan menciptakan kita dalam satu maksud, jalan menuju mencari maksud tersebut tentunya iman yang tak berkhianat. Kita harus beriman untuk mencari maksud Tuhan menciptakan kita dan takdir ini. Setidaknya dengan memungkiri demokrasi, kita menjadi bagian dari orang-orang yang berusaha meluruskan iman demi menemukan eksistensi diri.

Tolak demokrasi menjadi bagian penting dalam hidup bahwa kedaulatan manusia seharusnya diberikan pada aturan Tuhan. Karena Tuhan pencipta, Tuhan pembuat alam semesta, dan Tuhan berkehendak dalam Titah-Nya. Maka sudah seharusnya aturan hidup berbangsa dan ber-internasionalisme diatur dalam satu Titah Tuhan. Dengan begitu, kita tidak hanya melihat eksistensi kita di dunia tetapi juga meluruskan masa depan umat manusia seperti kehendak Tuhan yang menuntun ke katastropis akhir-Nya. Kemenangan untuk kita semua.