Jumat, 22 November 2019

Nasionalisme: Semangat Bar-bar yang Harus Dihentikan

Beberapa orang menyatakan kebanggaannya dengan nasionalisme negaranya. Sebagai isme (paham), nasionalisme memiliki kerapuhan cara berfikir dan terjadi sustainable konflik dengan nasionalisme lainnya. Baru kemaren terjadi bentrok supporter antara Indonesia dan Malaysia di Stadion Abdul Jalil. Kurang jelas apa yang memicu, namun indikasi nasionalisme yang meledak-ledak kerap menghasilkan narasi-narasi kata yang saling menyinggung. Selepas dari stadion terjadi pemukulan supporter Malaysia terhadap supporter Indonesia. Kurang lebih dua orang terluka, namun hingga tulisan ini dibuat belum ada klarifikasi dari kemenpora Malaysia terkait insiden ini.
Semua terjadi karena proses berfikir tentang nasionalisme yang tidak cukup kritis dari orang-orang Indonesia. Patut dibedakan cinta tanah air dengan nasionalisme dan saya lebih pada dasar mencintai tanah air. Karena cara berfikir nasionalisme menurut saya tidak hanya rapuh namun rusak. Kerusakan itu cara berfikir itu karena berbagai tindakan menjadi tidak rasional dan hanya dijawab dengan kata nasionalisme. Tentu saja tidak boleh ada pembenaran terhadap sesuatu dengan sumber paham tertentu. Karena hal tersebut hanya akan mengakibatkan tindakan-tidakan irrasional yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Seperti insiden supporter Indonesia pada Malaysia melakukan hal yang sama. Jika anda lihat sendiri mereka dalam stadion sempat ricuh dan saling menghina satu sama lain (bahkan lempar-lemparan botol minuman). Tentu saja hal yang paling memancing adalah narasi-narasi ejekan yang menyinggung satu sama lain baik dalam bentuk yel-yel maupun lagu yang dikreasikan. Sehingga tak heran insiden di luar lapangan terjadi.
Kerusakan berfikir dalam insiden ini terlihat dari sudut pandang yang dangkal dari Indonesia ke Malaysia maupun dari Malaysia ke Indonesia. Sudut pandang tersebut dilandasi oleh cara padangan yang kurang paham tentang arti kebersamaan, kedamaian, dan akselerasi tujuan bersama. Mungkin tidak juga bisa kita larang pemikiran mereka tentang dosa-dosa masa lalu masing-masing negara. Namun bermusuhan dengan landasan nasionalisme itu tidak ada ujung harmonisnya.
Seperti sebuah abtraksi, untuk apa saya benci pada Siti Nurhaliza (contoh ya ^_^) hanya karena berbeda pemahaman bernegara. Atau dengan salah satu supporter Malaysia (saya ngak tau namanya). Artinya saya ngak punya urusan dengan kekalahan Indonesia 2-0 kemaren, juga tidak ada urusan kekalahan negosiasi sehingga beberapa pulau Indonesia diakuisisi. Tapi saya punya urusan terhadap narasi peradaban yang dibentuk dari over kontrol diri terhadap moral pada negara. Tentunya over kontrol itu tidak terkendali ketika sedikit saja adan ejekan yang masuk akan menimbulkan gejolak nasionalisme dalam bentuk ejekan juga atau lebih dari itu.
Nah, bertali dengan alasan yang ke dua yaitu sustainable konflik. Karena tidak ada habis-habisnya karena gesekan antara mereka itu mudah dimainkan, sebagaimana Jazirah arab dengan nasionalismenya. Jadi nasionalisme itu bisa dimainkan oleh pihak asing bahkan orang yang punya kepentingan terhadap kericuhan antara negara serumpun ini. Tentu saja kita harus melihat secara global, jika terjadi konflik antara Indonesia dan Malaysia negara apa yang paling diuntungkan. Pertahanan Asia Tenggara dalam kesatuan negara terbuka pion-pion kecil (negara-negara kecil) bisa memainkan perannya untuk mendapatkan keuntungan dari masing-masing negara ini.
Jadi sebenarnya banyak yang masih harus dibahas terkait ide Nasionalisme dan batas-batasannya. Agar bagaimana kita tetap mencintai negeri ini namun dengan akal yang rasional saya lebi condong pada mencintai tanah air. Karena dengan mencintai tanah air terhindak dari konflik kebencian tanpa dasar.
Pemerintahan Indonesia dan Malaysia seharusnya juga tidak menanamkan paham nasionalisme yang menrut saya sangat berbahaya itu. Nasionalisme hanya akan membuat kabur kebenaran dan tata etis dalam bernegara apalagi untuk bangsa yang serumpun. Oleh karena itu cinta tanah air jauh lebih etis dan bertindak dengan rasio ketika tanah air kita diganggu.
Berikut ini saya lampirkan foto dimana wajah-wajah pribumi Malaysia kelihatan geram ketika di ejek oleh supprorter Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar