Jumat, 28 Maret 2014

APA KABAR PAGI???




Aku sudah tidak tahu udah beberapa hari aku tidak menulis catatan harian ini. Mungkin udah dua hari dan kali ini aku akan rang kap semuanya. Masih ingatkan keuang yang sangat menipis, bahkan bisa dibilang untuk makan diwaruang aja aku tidak bisa walau hanya 6rbu rupiah. Ini rahasia yah jangan bilang ke orang lain. Terakhir kali aku makan di wakteg dengan budged 6rbu itu kemarena lusa. Itu uang terakhir yang aku miliki dan pagi tadi aku mencoba mengumpulkan receh dan terkumpul 4rbu cukup untuk beli satu bungkus nasi uduk. Aku sadar betapa banyak nikmat yang seharusnya aku sadari tidak hanya berupa nikmat materi tetapi nikmat kesehatan dan nikmat mengerti kondisi orang yang mengalami lebih buruk dari saya.
Meskipun tidak memiliki uang sedikitpun semangat kekampus tidak lah kurang. Aku tetap beraktifitas seperti biasa Cuma hati kecil yang selalu mengutuk betapa tidak bergunanya diri ini. Sering kali aku terdiam bisu selepas melakukan kewajiban sholat, sering kali aku memandangi diri yang rasanya sangat bodoh dan tolol seakan mengolok diri ini. “menghidupi diri aja tidak bisa apalagi menghidupi orang lain” aku perlu ngaca dengan eksistensiku sembagai manusia tidak berguna. Sedih aku memikirkannya dan ingin sekali menjadi orang berguna, oleh karena itu aku masih mencoba menjadi penulis yang bagus walau passion dan bakat yang aku miliki tidak sebarapa T_T. aku lepas dari dunia mahasiswa, lepas dari dunia aktifis, lepas, dari kegiatan kampus seharusnya ada satu yang aku bawa berguna bagi masyarakat walau hanya sekedar menghibur seperti Radit Dika yang pada umur 18 tahun sudah membuat karya-karyanya.
Selepas mendapat pelajaran mengenai politik dan SDA pagi itu saya langsung kaperpustakaan sekedar ingin membuat tugas dengan membaca beberapa artikel. Sendiri? ya, tanpa makan siang? Ya, lapar? Tentu aku lapar. Tapi entah kenapa dengan makan sepiring tadi pagi menjadi kekuatan aku untuk menggerakkan tangan, kaki, kepala, bibir, dan seluruh tubuh ini masih dapat berfungsi baik hingga pukul 9 malam aku pulang sehabis sholat isya di MUI dan membaca bebarapa artikel menarik. Aku memiliki jiwa juang yang tinggi ternyata dengan tidak adanya uang di saku saya ternyata dimengerti oleh perut yang kosong ini bahkan aku tidak merasa rasa lapar ini begitu bermasalah.
Pulang adalah jalan terbaik untuk menuntaskan rasa kekosongan perut yang sudah dari tadi aneh mendengarnya. Aku masih ingat bahwa tadi pagi aku meninggalkan beras yang aku masak, mudah-mudahan sekarang udah jadi nasi yang terseyum padaku untuk dilahap. Jalan menuju pulang aku singgah ke indomaret yang menjadi faforite dalam belanja. Uang memang tidak ada tapi voucher belanja dari menang jawab pertanyaan kemaren masih aku penggang sisanya 49 ribu. Dengan uang elektronik ini aku rencana mau beli beras yang 2 kg (klo gak salah dulu ada), teryata yang ada hanya 5 kg dan harganya pun paling rendah 55rbu. Dafisit dari jumlah uang yang aku miliki. Dari pada pulang tidak bawa apa2 aku bawa saja 2 mie dan 2 sarden abc dengan berharap besok jadi cara untuk dapat beli beras.
Sampai di kamar saya langsung kedapur, rasa lapar ini tidak sabar lagi untuk hilang dan aku siap makan tanpa sadar ransel masih menempel di punggung ini. Nasi panas dalam rice cooker ini tidak lagi utuh, kira-kira kurang dari setengah (pasti si mamad makan duluan soalnya kemaren aku juga makan nasi dia -_-). Tapi syukurlah itu nasi lebih dari cukup untuk menyumbat usus-usus ini yang masih kosong. Selama 15 menit aku makan sangat terasa nikmat Allah itu begitu dekat dan nyata. Aku menjadi manusia paling bahagia malam itu dengan beberapa butir nasi yang aku paksa pindah ke dalam perut ini. Alhamdulillah ya Allah tiada lain nikmat ini kecuali dari Mu.
Pagi ini terasa masih ngantuk dan malas untuk bangun begitu juga untuk kuliah. Aku telah berencana tidak akan ikut kuliah pagi ini yang hanya mendengarkan ciloteh buruk pak Iman tentang demokrasi. Dia begitu mengidam-idakan demokrasi sesuai teori dan konsep yang dia percaya, sumpah ini orang sangat bodoh dan munafik dengan tidak melihat realitas tapi hanya terpaku pada teori2 yang dia anggap benar dan layak.
Sarapan pagi ini? Lupakan saja, aku tidak lagi punya nasi untuk dimakan begitu juga beras. Ini hidup penghujung yang aku miliki. Tidak punya uang, tidak punya beras, bahkan nasi, dan yang aku punya hanya hutang di sana sini T_T.
Seminar. Itulah jawaban dari semuanya. Aku ingat kemaren aku sempat lihat ada seminar politik di PSJ UI dengan menghadirkan Rano Karno wakil gubernur Banten. Setidaknya dalam acara ini memberikan makan siang minimal snack sebagai acara bergengsi yang memakan waktu hingga siang. Itulah rencana awa aku datang kekampus pagi ini.
Sesampai di PSJ UI aku rasa ada yang aneh, kenapa tidak ramai ya? Bahkan spanduknya terlihat tidak ada. Jangan-jangan acaranya batal? Aku pergi ke gedung 4 untuk mencari informasi terkait kegiatan itu tapi….astaga…, aku salah tanggal. Ternyata acaranya telah terlaksana kemaren pagi. Dengan rasa kecewa aku masuk kelas pak iman walau pagi ini tidak secarah yang aku harapkan. Ini hidupku ini jiwaku, ini jalanku, tidak seorang pun yang berhak menagturnya bahkan memerintah. Cukup Tuhan yang memberikan perintah serta petunjuk pada aku jalan benar dan terbaik antara kita.
Dikelas aku sibuk dengan kegiatan online mencari info seminar selanjutnya. Aku mencoba cari informasi yang aku lihat sekilas tadi diatas bikun. Sebuah acara di fisip tentang pemilih yang berintegritas. “pilih yang jujur” beberapa dari tag line yang memuakan yang pernah aku dengar dalam bingkai demokrasi ini. Kedatangan aku dalam seminar ini mungkin akan membawa dampak buruk pada cara tersebut dengan nafsu kebenaran yang terus memburuh ulu hati ini. Bom emosi yang seakan meledak suatu ketika saat sesi pertanyaan datang. Tangan kanan yang tegas menjulang keatas tanpa ragu dan bimbang. Ini aku dan kebenaran yang aku bawa dan jika aku salah runtuhkanlah itu dan jika aku benar aku mohon jangan membawa kebenaran palsu didepan wajah ini.
Sayangnya hari ini aku tidak memiliki waktu cukup untuk menikmati seminar tersebut hingga habis. Sebelum mulai sesi pemaparan materi oleh pak Abdurahman Samad aku sudah harus keluar karena ada kelas yang tidak bisa dan sayang untuk aku tinggalkan. Setidaknya aku mendapat gambaran acara, jiwa jaman, antusias peserta seminar, dan banyak lagi terutama makan siangku. Agak sayang aku tidak sempat berdiskusi dengan orang yang dianggap amanah dalam negara ini bahkan orang yang jujur yang pernah dipercaya oleh negeri ini.
Setengah berlari dan setengah senang aku ke FMIPA untuk mengikuti kelas yang akan dimulai selepas ashar itu. Sesampai di FMIPA dan kegiatan belajar dimulai tidak ada lagi yang perlu aku takutkan pada perut ini. Aku sudah makan siang bahkan makan pagi walau tadi hanya sebungkus mie yang aku seduh menggunakan dapur masjid. Makan malam? Aku sudah punya rencana. Malam ini aku akan ikut launching bem,dpm, dan mwa UI di balairung. Satu harapan yang aku bawa, semoga tidak ada yang aku kenal di acara tersebut. Namun hal itu hamper mustahil karena sebagian besar teman-teman aktif dalam berbagai organisasi termasuk 3 besar itu.
Malam ini aku benar-benar menjadi orang lain atau lebih tepatnya orang asing. Malam itu benar-benar bukan aku. Aku tertawa, aku senang, aku gembira, tidak lepas dari adanya nikmat Tuhan disana yaitu sate serta es krim yang nikmatnya buat lapar ini pergi untuk sementara. Beberapa kali aku dan 2 teman lainnya membuat curang dalam antrian makanan dan salah satu keburukan yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan. Sungguh aku menjadi diri yang buruk bahkan orang tidak lain mendapat kerugian karena diri ini. Selepas malam itu aku sudah mulai tidak nyaman dengan diri aku sekarang dan memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang barulah aku aku sadari hinanya dan liciknya diri ini dan benar aku hanya segelintir dari mereka tapi aku tidak ubahnya seperti mereka. Ya Tuhan, apa aku pantas untuk dimaafkan oleh orang yang tak sengaja aku zhalimi.
Malam mulai larut dan putri tidur telah memanggilku keatas ranjang begitu empuk dan sayang untuk dilewatkan. Ngantuk sudah menyerang sedangan proposal seminar belum juga terselesaikan dengan harapan “besok”?
Ya Allah ampuni hamba yang hina ini, walaupun aku hina setidaknya aku juga butuh perlakukan sama seperti mereka yang engkau berikan juga nikmat padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar