Kamis, 18 Juni 2020

Aku dan Uci 8

rasanya sedikit demi sedikit jati diri uci sebagai wanita mulai terlihat. secara manusiawi dapat dipahami tapi keetisan agak sedikit mengganjal. ya, tentulah sesuatu yang indah, tampan, hingga yang mempesona itu cukup menggoda hati kaum mama. cuma etis ngak sih dihadapan orang yang akan menikahinya bahkan mencurahkan segala fikiran untuknya. sulitkah melupakan untuk tidak terinfluent dengan aktor-aktor korea itu?

ya, permasalahannya sederhana sekali. bagiku. Bagi uci? hal yang aku takutkan rasanya mencuat. aku gelisah, aku ngak nyaman, hatiku terenyuh iba. iba dengan aku sendiri dan terutama iba juga dengan uci. andaikan aktor korea itu sama uci, tentu aku tidak akan tersakiti. karena uci sudah diorang yang dia idolakan.

apakah aku juga harus melakukan hal yang sama. apa aku juga harus bilang tzuyu itu cantik, yuna itu cakep, atau siapa lah artis korea yang aku kenal itu? dan apa aku juga harus share foto-foto mereka, membahasnya, hingga kepoin itu artis? aku ngak mau atau ngak bisa karena aku punya hati dan juga ingin menjaga hati orang yang aku kasihi.

tak akan sejengkal pun aku ingin hatinya terluka, terusik bahkan diganggu oleh dugaan-dugaan yang merusak iman. tapi, apa yang aku rasakan mungkin cuma ada padaku. apa yang aku takutkan mungkin cuma aku terlalu suka. hingga aku berfikir "apakah aku jatuh hati pada orang yang tepat?" (astagfirullah). seharusnya tidak manusia titipkan hatinya pada manusia yang lain, karena mereka terlalu lemah.

saat ini tinggallah aku yang harus berjuang membuat pr sebelum mengerjai pr. atau mungkin memang kakinya yang belum siap melangkah. masih terjerat oleh ikatan halu. apa yang harus aku katakan ingin rasanya menegaskan, cuma ketegasan hanya akan membuat lengkungan menjadi patah. aku tak mau dia patah, melengkung saja, seperti rotan. setidaknya aku masih berharap karena kondisi hawa memang ditakdirkan begitu.

tapi aku merasa sudah membahas topik yang sama berkali-kali. aku takut itu akan menjadi pr abadi. karena ngak ada jaminan. tindakan kita saat ini akan menjadi cerminan untuk masa yang akan datang. masa dimana kita terikat kemudian ikatan itu rusak karena masih membahas masalah ini lagi.

capek iya, selesai belum tentu. harus aku akui setiap orang punya tipikal berbeda-beda. punya keunikan karakteristik yang berbeda. ketika sudah berkomitmen biasanya mereka melakukan asimilasi perbedaan baik secara sengaja maupun tak sengaja. asimilasi yang tak sempurna ketika taarufan hanya akan menjadi boom waktu yang suatu saat akan mengakhiri ikatan suci itu. 

setiap orang ingin asimilasi itu sempurna, setidaknya ditutupi atau jika menyadari kelemahan, dietiskanlah. demih menjaga hati yang mungkin terluka, demih jurang cint* yang tertanam dalam. karena disana ada rasa pengertian dan tenggang rasa. hingga untuk bertindak butuh berfikir berpuluh atau beribu kali.

aku rasa kita harus berjernih lagi. aku mengira sudah mengajak bukan mengejek. aku mengira sudah mendorong maju bukan mendorong jatuh. mungkin itu cuma prasangka aku aja. apalah artinya jika rasa itu hanya ada sebelah. atau karena rasa yang muncul karena tidak ada pilihan. keterpaksaan bukanlah rasa yang aku inginkan. bagaimana pun aku menyukai rasa yang murni dan tulus. semurni seteguk air yang membasahi dahaga, semurni hamparan alam yang membentangkan estetika alami dari Tuhan.

bagaimana aku mengakhiri tulisan ini. dunia yang tak pernah aku sentuh malah memikirkan tindakan preventif akan segala hal. aku posesif? mungkin, tapi aku merasa hanya berupaya untuk mencegah segala kemungkinan terjadi. karena hati aku terasa dikecilkan oleh aktor korea itu. aku tau diri kok, aku jauh dari kategori pria idaman uci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar