Sabtu, 21 September 2019

Memorandum of education of Me




Tepat 10 tahun silam saya  sudah memplaningkan untuk tinggal jauh dari tampat lahir. Mencari suatu bentuk perubahan yang bisa saya lakukan. Ngak tanggung-tanggu saya ingin menjadi politisi. Langkah awal tidak semanis cerita sinetron yang popular kala itu. Pendek kata saya gagal masuk kampus UI. Saking pede-nya dengan kemampuan diri, saya mencantumkan dua pilihan ke kampus tersebut. Al hasil, sulit untuk diterima kala itu.

Meski begitu niatan untuk melakukannya tahun depan menjadi suatu keharusan. Sementara menghabiskan waktu satu tahun ke depan tidak begitu mudah. Saya memutuskan ke kota Batam untuk mencari pekerjaan. Alhamdulillah, bukan hal yang sulit mencari pekerjaan saat itu ditahun 2009.

Saya diterima di PT Kemet/Evok Rifa. Sebuah perusahaan kapasitor miliki AS. Pendek kata jika dilihat gaji cukup memumpuni bahkan saya di kontrak dua tahun. Karena sangat butuh uang tidak ada jawaban tidak kali itu. Namun hasrat untuk ke kampus tidak bisa dilupakan. Akhir kata saya memutuskan untuk pergi dari perusahaan tersebut dengan meninggalkan ijazah SMA yang disimpan oleh perusahaan.
Meski pengorbanan itu saya lakukan untuk masuk UI ternyata tidak mudah juga. Tahun 2010 itu ada ujian D3 atau SIMAK 2 dan saya lulusa masuk UI disitu. Kalau dipikir-pikir itu bukan kelulusan yang pertama tapi pertama untuk kampus UI. Karena sebelumnya saya lulus sastra China di USU (sangat bangus sekali prodi ini ketika saya seaching di internet, tingkat kepopulerannya hampir sama dengan sastra China UI). Namun teman-teman dan tutor bimbel ketawa dan memandang rendah jurusan tersebut ditambah sepertinya pihak keluarga tidak punya biaya untuk hidup di Medan.

Saya juga pernah lulus di UNPAD dengan jurusan sastra Jepang 2010. Lagi-lagi pilihan ini berseberangan dengan pilihan saya dengan D3 UI yaitu Manajemen Informasi dan Dokumen. Al hasil tidak saya ambil juga dan lebih memilih kuliah di UI dengan bantuan suntikan dana dari kaka yang tidak mungkin bisa saya lupa pengorbanannya.

Namun berjalan setahun saya mencoba untuk terakhir kalinya dan kali ini lulus di UI program S1 dengan mulus. Ya, jurusan Ilmu Sejarah. Akhirnya saya bisa bernafas lega karena biaya kuliah D3 lumayan tinggi. Dan kemudahannya di S1 bisa mendapatkan BOPB, semacam peringanan biaya kuliah. Cuma yang datang tidak tanggung-tanggung. Saya di kasih kuota Bidik Misi. Jadilah kuliah gratis 4 tahun.

Setelah lulus dari S1 tepatnya tahun 2015. Saya menemukan kegalauan tentang bidang pekerjaan apa yang saya suka dan cocok dengan passion saya. Mungkin mengajar, padahal pengalaman mengajar sangat minim. Saya cobalah untuk mengajar di SD dengan latar pernah ngisi forum-forum kajian maba.

Ada hasrat yang tersisa bagi saya untuk melanjutkan pendidikan S2. Awalnya saya ikut simak S2 namun tidak lulus. Mungkin karena jurusannya populer, ilmu Ekonomi. Semester selanjutkan saya coba lagi dengan jurusan ilmu politik dan masuk tahun 2016. Karena masalah administrasi dan lain hal pihak UI menyatakan mengundur akademik dengan mahasiswa S2 baru ini.
Saya baru masuk UI lagi sebagai mahasiswa s2 tahun 2017 dengan jurusan ilmu politik yang sejak SMA telah saya incar.

Namun kehendak Allah berkata lain. Tengah berusahan untuk mengumpulkan uang untuk semester 2 nya saya diserang penyakit TBC. Dunia terasa kelam dan kelam dimana tubuh ini mengalami kesulitan dalam bergerak dan lemah terkulai.
Pihak keluarga tidak mau ambil resiko akhirnya saya dipulangkan untuk mendapatkan pengobatan secara intesive. Kurang lebih 9 bulan saya melakukan pengobatan di rumah. Ketika itu melanjutkan pendidikan s2 suatu kerumitan yang semakin bertambah.
Ketika saya kembali ke Depok tahun 2018, tentu saja tekat saya untuk melanjutkan pendidikan s2. Hingga saat ini September 2019 belum tampak tanda-tanda itu. Sulitnya cari pekerjaan dan rendahnya mobilitas pendanaan yang saya miliki. Tuhan, tolong kasih saya jalan.

Disinilah saya saat ini menunggu pertolongan Tuhan disaat saya juga harus menikah dikala umur udah lanjut namun bimbang bukan hanya tidak ada pilihan namun juga tidak ada kestabilan ekonomi (ngak ada duit bro). Jadi bagaimana ini, saya bener-benar titik terendah dari kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar