Senin, 01 Agustus 2016

Terbakarnya Kemarahan Masyarakat Muslim Tanjung Balai: 5 Vihara Dibakar

Terjadinya pembakaran rumah ibadah china di Tanjung Balai dipicu oleh Meliana (41 tahun), seorang warga China Tanjung Balai, yang tidak menyenangi azan berkumandang keras di Masjid al Makshum yang terletak depan rumahnya. Ketidak-sukaannya itu disampaikan pada orang terkait dari masjid tsb. Akan tetapi hal itu menimbulkan ketidak-senangan dari jamaah muslim setempat dan kemudian mereka mencoba untuk berdiskusi dengan Meliana dengan harapan ada pernyataan maaf darinya. Meliana menolak meminta maaf menimbulkan perhatian negatif jamaah muslim setempat.

Setidaknya sekitar 5 Vihara dikabarkan dibakar oleh massa dan saudari Meliana diamankan oleh pihak polisi setempat. Hal ini tentu telah memicu perpecahan serius antara dua kelompok ras yang hidup bersama itu. Tentu menjadi hal yang ditakutkan kedepannya karena jika tidak ditangani akan memicu konflik-konflik lanjutan yang mungkin lebih parah. Harapannya tentu konflik semacam ini bisa diselesaikan dengan cepat sehingga tidak meluas dan berkelanjutan.

Melihat dari kronologi kejadian sebenarnya peristiwa ini memang dipicu oleh suara azan tetapi dilatari oleh ketidak-sukaan muslim pada orang China pada umumnya serta khususnya China Tanjung Balai. Bisa saja yang melatari hal tersebut adalah berita-berita negatif yang saat ini beredar seperti banyaknya kaum china yang datang ke Indonesia untuk bekerja, penggusuran perumahan kaum muslim oleh pemimpin China yang Zholim, skandal dugaan korupsi oleh orang China, dan lain sebagainya.

Berawal dari buruknya citra China di mata kaum muslim masyarakat Tanjung Balai setidaknya membuktinya bahwa kurang-eratnya pendekatan masyarakat China (sebagai pendatang) dengan masyarakat setempat. Kedekatan antara pendatang apalagi dari bangsa berbeda tentu diperlukan agar terjadi kehidupan masyarakat yang harmonis. Kadang hal ini yang dilupakan oleh sebagaian banyak China. Dalam bermasyarakat, bangsa China terkadang berlaku seolah superior dibandingkan bangsa lokal. Hal inilah terkadang hal-hal kecil menjadi besar. Apalagi saat ini kita hidup di era yang orang China diperlakukan spesial oleh pemerintahan yang kurang beres. Jadi tidak heran jika terjadi konflik yang sangat berbahaya terhadap keberlangsungan ras China di berbagai wilayah di Indoesia.

Tragedi Tanjung Balai telah menjadi contoh yang sedikit banyak dapat memicu konflik yang sama ke berbagai wilayah di Indonesia. Sebelum itu terjadi, Tentu orang-orang China harus hati-hati dalam melangkah. Bisa jadi hal serupa terjadi di kota anda.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar