Melindungi anak merupakan fungsi utama dari orang tua namun
dalam kehidupan sehari-hari tentu ada saat-saatnya anak luput dari perlindungan
orang tua. Tidak ada satu pun orang tua yang mampu bisa melindungi anaknya
sepanjang waktu karena keterbatasan dan keharusan seorang anak untuk menduduki
pendidikan formal sehingga harus berpisah dari orang tuanya. Lepasnya
perlindungan orang tua pada anak menjadi dapat berdampak terhadap pengaruh
buruk pada anak tersebut baik secara fisik maupun secara batin.
Pengaruh utama yang dirasakan oleh anak tidak lain adalah
pengaruh dari lingkungan bermainnya. Pengaruh ligkungan bermain biasanya di
dominasi oleh teman-temannya, baik buruknya anak akan ditentukan oleh siapa dia
bergaul. Mau tidak mau suka tidak suka pengaruh buruk akan berdampak buruk pada
anak bengitu juga pengaruh. Tidak hanya teman sepermainan tetapi lingkungan
sekolah dan lingkungan sekitar rumah tempat tinggal.
Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus kekerasan terhadap anak
di samping itu juga terjadi kasus seksual terhadap anak. Peristiwa yang memakan
korban seratus lebih anak di Jakarta International School merupakn salah satu
dari banyak kasus pelecehan seksual pada anak dibawah umur. Wajar jika banyak
fenomena seperti ini membuat para orang tua merasa was-was dengan keselamatan
anaknya.
Keselamatan anak menjadi hal yang menakutkan bagi orang tua
apalagi jika terjadi hal yang merugikan anak tersebut seumur hidup yang kerap
dirasakan oleh anak perempuan. Tentu pelindungan yang diberikan oleh orang
tuanya lebih ekstra lagi. Tetapi di luar itu, anak tidaklah harus mendapat
pendidikan dini yang lebih penting dari pada perlindungan oleh orang tua secara
terus menerus.
Orang tua wanita atau disebut seorang ibu memiliki fungsi
paling utama dalam menularkan pendidikan pada anaknya. Pendidikan utama bagi
seorang anak adalah karakter dimana yang dapat memberikannya hanya ibu. Baik
atau buruknya karakter seorang anak digambarkan dari ibunya. Anda boleh tidak
percaya tetapi sejarah telah lama membuktikan bahwa peran ibu terhadap anak
sangat besar dibandingkan peran ayah pada anaknya.
Coba kita lihat sejarah Rasulullah SAW, Nabi Ismail AS, dan
Nabi Nuh AS. Rasulullah terlahir dalam keadaan Yatim dan pada umur 6 tahun dia
telah mendapatkan karakter ibunya Siti Aminah sehingga tidak heran Rasulullah
menjadi pemimpin yang sukses. Begitu juga dengan nabi Ismail dimana karakter
ibunya, Maryam, tergambar pada sikapnya kemudian hari. Saat dia dan ibunya
ditinggalkan oleh Ibrahim di tengah gurun pasir tanpa air sekali pun dengan iman
Maryam mengatakan : “jika kau pergi atas perintah Allah wahai Ibrahim maka
pergilah, sesungguhnya Allah akan menemukanku sebagai orang yang sabar”. Hal
itu tergambar pula pada nabi Ibrahim saat akan disembelih oleh bapaknya,
Ibrahim. “Jika itu adalah perintah Allah maka lakukanlah wahai bapakku” kata
Ismail.
Begitu juga halnya dengan apa yang di alami oleh anak Nabi
Nuh walaupun karakter negative yang diturunkan oleh ibunya. Saking sayangnya
Nabi Nuh pada anaknya maka tak heran dia membujuk anaknya untuk naik perahu
karena daratan akan segera tenggelam. Namun anaknya justru tidak mempedulikan
sama persis dengan ibunya juga tidak mempedulikannya sehingga keduanya mati
tenggelam karena banjir.
Itu merupakan beberapa contoh yang membuktikan bahwa
karakter anak diturunkan oleh orang tuanya. Oleh karena itu untuk menghasilkan
anak yang berkarakter baik harus dari orang tua yang berkarakter baik pula. Namun
saat ini banyak orang menganggap remeh pekerjaan ibu rumah tangga atau tepatnya
mengasuh anak sehingga pengasuhan anak rentan diserahkan pada baby sister atau
pembantu. Maka tak heran karakter yang didapat oleh anaknya juga karakter
pembantu karena yang mendidiknya adalah pembantu. Sangat disayangkan jika
seorang ibu menghabiskan waktu dikantoran tapi melupakan pentingnya karakter
bagi seorang anak.
Ibu yang tidak memiliki waktu untuk anaknya bukanlah seorang
ibu yang baik karena ibu yang baik selalu akan memberikan waktu pada anaknya.
Ibu yang baik adalah ibu yang memberikan didikan dini pada anak dan memberikan
karakter yang membangun anak itu sampai dewasa kelak maka tidak heran jika
sorga itu ada di bawah telapak kaki ibu.
Sedikit membuka cakrawala kita dalam berfikir bahwa peran
ibu sangat mempengaruhi anaknya. Pengaruh yang baik atau buruk dari seorang ibu
akan diadopsi oleh anaknya menjadi sebuah karakter dan tentu tidak lepas dari
karakter orang tuanya. Sudah seharusnya sebagai seorang ibu harus peduli dan
menjaga anaknya agar karakter yang baik dapat diterima dan menjadi tameng nya
di dunia luar baik di lingungan tempat tinggal maupun di tempat instansi
pendidikan.
Anak berkarakter baik selalu lebih unggul dalam menjaga
dirinya dari pada anak yang tidak berkarakter atau berkarakter buruk. Anak
berkarakter baik jauh lebih bisa menjaga dirinya ketimbang anak yang tidak
mendapatkan karakter baik dari orang tuanya. Begitulah pada akhirnya segala
pencengahan dini dapat kita lakukan saat anak masih kecil apabila dia sudah
dewasa agah susah untuk membentuk karanter itu kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar