sejarawan akan memperoleh tekanan untuk menulis kisah perkembangan negrinya secara sentimentil dan jika perlu akan mengorbankan kebenaran karena pada saat krisis nasional,seperti zaman perang atau masa penyesuaian sesudah perang.
jadi pengajaran sejarah dapat di pergunakan untuk melatih warga negara yang setia ,menimbulkan rasa angga pada diri patriot jika kisah itu di ubah dan disesuaikan sehingga tampak lebih mulia
para diktator dan para politikus demokratis dari jenis yang kasar lebih suka menganggab sejarah sebagai alat untuk mengembangkan macam patriotisme yang dapat di dasarkan atas penyelidikan yang tidak kritis daripada sejarah tanah airnya.........dalam arti lain para diktator dan politikus lebih memilih sejarah sebagai alat untuk mengembangkan patriotisme walaupun didasarkan atas penyelidikan yang tidak kritis dari sejarah tanah airnya. jadi mereka tak menganggap sejarah merupakan sebagai suatu cabang pengetahuan untuk mencapai kebenaran.
pada akhir perang dunia pertama terjadi pertentangan pendapat itu antara sejarawan dan politikus di amerika. textbook yang beredar di amerika pada saat itu menggambarkan tentang raja George III dari inggris dengan ciri2 yang hampir insani. beberapa tokoh sangat menanggapi serius bahwa kesarjanaan seorang sejarawan murni akan berbahaya bagi kelangsungan patriotisme. tentang hal-hal yang tidak sedap tentang tokoh besar negara yang ditutupi secara ketat. pada saat ada kompanye yang di adaka oleh wartawan yang kompeten mengatakan kalau mereka menganggap bahwa " penggambaran yang salah, tetapi mereka menganggap bahwa resiko itu harus diambil".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar