Satu sisi kehadiran seseorang secara private tidak bisa di
pungkiri. Kehadiran tersebuat adalah suatu keharusan dalam mengisi kehidupan
yang lebih rasional untuk melengkapi hidup. Di sisi lain terdapat kebimbangan bahwa tidak mudah
mencintai dan dicintai. Eros dalam istilah Yunani mencintai lawan jenis tanpa
latar apapun. Namun cinta dalam bahasa Indonesia terlalu umum sehingga tidak
ada perbedaan ketertarikan karena dorongan insting atau dorongan akal yang mengarah pada jenjang kesepahaman untuk hidup bersama.
Hal ini saya coba uraikan bahwa dorongan secara insting
tentu sejak awal saya tolak. Karena istilah tersebut lebih cocok diperkenan bukan
pada manusia. Dorongan akallah yang membuat saya memiliki ketertarikan pada
lawan jenis hingga ketingkat lebih serius. Akal memproduksi ide dan ide yang benar adalah bagaimana seorang individu memahami jati dirinya sebagai hamba
Tuhan. Dia terikat dan Tuan nya tidak hanya sebatas kata atau pengetahuan rasional. Tapi dia memahami eksisnya dia di bumi memiliki keterhubungan dengan
kekuatan gaib yang sulit dipahami.
Sejak SMA saya dilema menghadapi semua ini. Dimana ada
pemahaman salah yang terus diikuti dan menurut mereka benar. Tentu saja saya
jawab tidak, namun tidak itu tidak pula berjalan dengan konsisten. Berlandaskan
pengalaman dan penyeidikan secara intensive dan harian terdapat sebuah kriteria
untuk memahami kecintaan kepada dorongan akal.
Seorang individu yang taat pada Tuhan, individu yang
terlepas dari kepentingan dunia, dan individu yang memiliki visi dan misinya
dalam hidup. Adapun bentuk lain yang secara fisik tampakk itu hanya fantasi.
Berdasarkan penelitian tahun 2010 yang dlakukan oleh mahasiswa psikologi
mempraktekan hubungan random antara pria wanita, pria pria, dan wanita wanita.
Hasilnya adalah sama. Oleh karena itu bentuk fisik yang membuat ketertarikan
itu meningkat berlandaskan fantasi dan dorongan alimiah dari proses interaksi
lawan jenis.
Untuk kriteria diatas bagaimana pun fisik dan hal-hal yang
melekat padanya adalah urusan kesekian. Dimana Tuhan juga mengingatkan bahwa
agama atau bangaimana dia menggunakan akalnya untuk menerjemahkan agama adalah
hal yang menjadi fundmental untuk dapat menerima kehidupan.
Dan disinilah aku berdiri jika hal itu ada maka keniscayaan
jika tidak ada adalah realitas. Tapi tidak sebuah catalis, karena banyak
ternyata seseorang dengan kriteria tersebut. Hanya saja kita belum
dipertemukan. Ingin rasanya dipertemukan dikala ruang tertentu. Atau sebenarnya
beberapa orang pun saya kenal dan tidak memiliki awal yang baik untuk
memulainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar