Tepat 10 tahun silam saya sudah memplaningkan untuk tinggal jauh dari
tampat lahir. Mencari suatu bentuk perubahan yang bisa saya lakukan. Ngak tanggung-tanggu
saya ingin menjadi politisi. Langkah awal tidak semanis cerita sinetron yang
popular kala itu. Pendek kata saya gagal masuk kampus UI. Saking pede-nya
dengan kemampuan diri, saya mencantumkan dua pilihan ke kampus tersebut. Al hasil,
sulit untuk diterima kala itu.
Meski begitu niatan untuk melakukannya tahun depan menjadi
suatu keharusan. Sementara menghabiskan waktu satu tahun ke depan tidak begitu
mudah. Saya memutuskan ke kota Batam untuk mencari pekerjaan. Alhamdulillah,
bukan hal yang sulit mencari pekerjaan saat itu ditahun 2009.
Saya diterima di PT Kemet/Evok Rifa. Sebuah perusahaan
kapasitor miliki AS. Pendek kata jika dilihat gaji cukup memumpuni bahkan saya
di kontrak dua tahun. Karena sangat butuh uang tidak ada jawaban tidak kali
itu. Namun hasrat untuk ke kampus tidak bisa dilupakan. Akhir kata saya
memutuskan untuk pergi dari perusahaan tersebut dengan meninggalkan ijazah SMA
yang disimpan oleh perusahaan.
Meski pengorbanan itu saya lakukan untuk masuk UI ternyata
tidak mudah juga. Tahun 2010 itu ada ujian D3 atau SIMAK 2 dan saya lulusa
masuk UI disitu. Kalau dipikir-pikir itu bukan kelulusan yang pertama tapi
pertama untuk kampus UI. Karena sebelumnya saya lulus sastra China di USU
(sangat bangus sekali prodi ini ketika saya seaching di internet, tingkat
kepopulerannya hampir sama dengan sastra China UI). Namun teman-teman dan tutor
bimbel ketawa dan memandang rendah jurusan tersebut ditambah sepertinya pihak
keluarga tidak punya biaya untuk hidup di Medan.
Saya juga pernah lulus di UNPAD dengan jurusan sastra Jepang
2010. Lagi-lagi pilihan ini berseberangan dengan pilihan saya dengan D3 UI
yaitu Manajemen Informasi dan Dokumen. Al hasil tidak saya ambil juga dan lebih
memilih kuliah di UI dengan bantuan suntikan dana dari kaka yang tidak mungkin
bisa saya lupa pengorbanannya.
Namun berjalan setahun saya mencoba untuk terakhir kalinya
dan kali ini lulus di UI program S1 dengan mulus. Ya, jurusan Ilmu Sejarah.
Akhirnya saya bisa bernafas lega karena biaya kuliah D3 lumayan tinggi. Dan
kemudahannya di S1 bisa mendapatkan BOPB, semacam peringanan biaya kuliah. Cuma
yang datang tidak tanggung-tanggung. Saya di kasih kuota Bidik Misi. Jadilah kuliah
gratis 4 tahun.
Setelah lulus dari S1 tepatnya tahun 2015. Saya menemukan
kegalauan tentang bidang pekerjaan apa yang saya suka dan cocok dengan passion
saya. Mungkin mengajar, padahal pengalaman mengajar sangat minim. Saya cobalah
untuk mengajar di SD dengan latar pernah ngisi forum-forum kajian maba.
Ada hasrat yang tersisa bagi saya untuk melanjutkan pendidikan
S2. Awalnya saya ikut simak S2 namun tidak lulus. Mungkin karena jurusannya
populer, ilmu Ekonomi. Semester selanjutkan saya coba lagi dengan jurusan ilmu
politik dan masuk tahun 2016. Karena masalah administrasi dan lain hal pihak UI
menyatakan mengundur akademik dengan mahasiswa S2 baru ini.
Saya baru masuk UI lagi sebagai mahasiswa s2 tahun 2017
dengan jurusan ilmu politik yang sejak SMA telah saya incar.
Namun kehendak Allah berkata lain. Tengah berusahan untuk
mengumpulkan uang untuk semester 2 nya saya diserang penyakit TBC. Dunia terasa
kelam dan kelam dimana tubuh ini mengalami kesulitan dalam bergerak dan lemah
terkulai.
Pihak keluarga tidak mau ambil resiko akhirnya saya
dipulangkan untuk mendapatkan pengobatan secara intesive. Kurang lebih 9 bulan
saya melakukan pengobatan di rumah. Ketika itu melanjutkan pendidikan s2 suatu
kerumitan yang semakin bertambah.
Ketika saya kembali ke Depok tahun 2018, tentu saja tekat
saya untuk melanjutkan pendidikan s2. Hingga saat ini September 2019 belum
tampak tanda-tanda itu. Sulitnya cari pekerjaan dan rendahnya mobilitas
pendanaan yang saya miliki. Tuhan, tolong kasih saya jalan.
Disinilah saya saat ini menunggu pertolongan Tuhan disaat
saya juga harus menikah dikala umur udah lanjut namun bimbang bukan hanya tidak
ada pilihan namun juga tidak ada kestabilan ekonomi (ngak ada duit bro). Jadi bagaimana
ini, saya bener-benar titik terendah dari kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar