Kebebasan
pers berekspresi bukan berarti bebas menghina apalagi membuat gambar yang
bukan-bukan. Bersifat obyektif tidak memihak dalam tulisan ataupun gambar
adalah kunci dari pers yang bijak dan dapat dipercaya dimata masyarakat. Apa jadinya
jika pers malah menjadi trouble maker
dalam masyarakat, tentu akan terjadi kekacauan. Kebebasan berekspresi seharusnya
menyampaikan suatu berita tidak dengan berlebihan tetapi apa adanya berdasarkan
fakta terjadi dilapangan.
Menjadi
pertanyaan jika suatu pers memaparkan beritanya secara “kotor”, tidak senonoh,
bahkan menimbulkan kontrofersi lewat gambar karikaturnya. Menggunakan kerikatur
untuk menyinggung, bahkan penghinaan atas sesuatu yang tidak pernah terjadi. Anehnya,
itu malah disebut dengan kebebasan berekspresi, lalu dimana hak perlindungan
terhadap orang yang dihina? Apalagi karikatur yang dibawakan seringkali
membawakan orang yang telah lama meninggal atau tidak ada lagi. Lantas apa
alasan pers memaparkan karikatur itu dan dampaknya malah membuat keresahan
ditengah masyarakat.
Pers
diciptakan seharusnya tidak untuk tujuan sensasi yang kemudian menabrak
norma-norma umum di masyarakat. Ketika pers sudah menabrak norma tersebut tentu
saja terjadi clash yang pada akhirkan
timbul rasa ketidak senangan dari golongan tertentu. Disatu pihak pers seolah
melakukan perbuatan suci dengan membeberkan tulisan “kebenaran”-nya sedangkan
dipihak lain merasakan sebuah penghinaan yang sangat kejam yang tidak hanya
atas namanya tetapi juga kelompoknya. Pergesekan telah terjadi dan itulah
menjadi pemicu pembunuhan atas nama “kebebasan berekspresi” pers. Jangan heran
jika terjadi pembunuhan atas suatu penghinaan, justru heranlah jika penghinaan
tidak menimbulkan respon apa-apa.
Dunia
yang semakin canggih ini mempermudah Informasi dan komunikasi namun tidak
seimbang dengan bijak manusia dalam menggunakannya. Oleh karena itu penggunakan
media secara publik harusnya mendapat kontrol lebih dari negara agar tidak
melanggar batas terhadap norma umum yang berlaku. Adapun manusia melanggar
norma tersebut harus mendapat teguran dari pihak berwenang dan mampu
mempertanggungjawabkannya. Sebalinya, manusia-manusia yang tidak
bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan tentu akan bertemu dengan
temannya, yaitu orang yang tidak bertangungjawab terhadapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar