Telah
6 hari berlalu aksi pembunuhan empat orang komikus, seorang pimpinan redaksi
Chalie Hebdo beserta beberapa orang yang ikut terbunuh ketika peristiwa
penembakan depan kantor penerbit majalah Charlie Hebdo terjadi. Sampai saat ini
issu ini masih marak dikalangan masyarakat Paris hingga melakukan aksi
penolakan yang mereka sebut itu sebagai tindak terorisme. Sementara itu pelaku
penembakan telah diketahui mendapat ganjarannya yang sama dari pihak berwajib.
Tanpa mendengar suara mereka, tanpa mau tahu alasannya, bahkan tanpa kompromi
apapun. Alasan atau tujuan dari penembakan tidak ditemui kebenarannya, namun
disana telah besar pekiknya terhadap anti terorisme dan kebebasan berekspresi.
Setidaknya
adal satu juta umat manusia dalam aksi hari minggu kemaren dan bentuk duka
mereka terhadap 12 orang korban penembakan Charlie Hebdo. pertanyaannya
bagaimana dengan orang yang melakukan penembakan itu? apakah mereka melakukan
itu tanpa memikirkan resikonya atau bahkan mereka telah memprediksi semua ini? Haruskah
kita melihat apa yang terjadi saja tanpa melihat akar permasalahannya? Disini seharusnya
sifat kemanusiaan kita diuji karena cukup adilkah kita melihat permasalahan
ini?
Suatu
tindakan berbahaya dan apalagi menyangkut menghabisi nyawa seseorang bukanlah
perkara berfikir secara simple. Tidak ada pemikiran shortcut jika dilihat dalam
rencana penembakan ini. Semua disusun secara rapi dan bersih dan fokus target
terjalani dengan baik yaitu komikus dan pimred Charlie Hebdo. Semua berjalan
dengan cepat dan kemudian berhasil melarikan diri. Butuh waktu, strategi, dan
kondisi yang matang dalam merumuskan itu semua sehingga sampai akhirnya dapat
terlaksana.
Tentu
pelaksanaan rencana ini tidak lepas dari keinginan dan dorongan kuat dari
berbagai faktor. Dugaan paling kuat adalah conten dari majalah Charlie Hebdo
sendiri yang terlalu vulgar dan menyakiti golongan-golongan diluar golongan
mereka. Terutama berbicara dalam masalah kepercayaan, Charlie Hebdo menghina
hampir seluruh kepercayaan yang banyak berkembang kecuali Semit. Jika dugaan
itu benar, berarti peristiwa ini berawal dari keresahan yang mendorongnya untuk
berbuat. Sepertinya teguran atau kecaman tidak membuat Charlie Hebdo berhenti
melakukan penghinaan lewat medianya. Begitu juga pengawasan dari pemerintahan,
sepertinya tidak ada atau tidak berjalan dengan baik sehingga disatu sisi ada
golongan yang berekspresi menghina suatu golongan dan dilain sisi adan golongan
yang tersakiti.
Matinya
beberapa fungsi dan suara seorang rakyat kemudian dibungkam dengan tuduhan
teroris. Pertama yaitu fungsi negara sebagai penyedia kaamanan di masyarakat,
kedua fungsi hukum yang diam atas “ekspresi” Charlie Hebdo, dan ketika mungkin
ormas perdamaian yang melihat permasalahan ini sebagai pemicu ketegangan ditengah
masyarakat. Kemungkinan kuat bahwa suara minoritas tidak mendapat ruang untuk
berekspresi dan juga membela diri.
Seharusnya
pelaku penembakan tidak bisa disebut sepenuhnya bersalah terhadap 12 orang yang
tewas itu. Jika melihat beberapa tinjauan dari fungsi yang tidak berjalan maka
faktor mendorong juga termasuk bagian yang terlibat terjadinya pembunuhan ini.
Peran negara, Hukum, dan keadilan dari masyarakat (ormas) terhadap golongan
minoritas yang mendapat tekanan dari Charlie hebdo merupakan juga pelaku yang
ikut secara tidak langsung dalam pembunuhan ini.
Terlepas
apakah ini tindak terorisme atau bukan, kita bisa melihat bahwa pelaku juga
merupakan manusia biasa. Begitu juga seharusnya kita dalam memandang ini
sebagai masalah kemanusiaan teruma suara-suara kemanusiaan yang selama ini
dibungkam bahkan diacuhkan. Seandainya suara minoritas mendapat jawaban serius
tentu hal ini tidak perlu terjadi dan masing-masing golongan pun bisa hidup
berdampingan yang terlepas dari tekanan-tekanan yang menghina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar