Tidak ada seorangpun yang meninginkan hidup dalam keadaan tidak aman, begitu juga dengan masyarakat yang ada di Myanmar. Walaupun terjadi konflik berdarah tetapi pasti maksudnya adalah untuk menciptakan situasi yang aman. Etnis muslim rohingya yang menjadi korban dalam tragedi ini dipaksa untuk pergi oleh masyarakat mayoritas budha di Myanmar. Cara paksa yang mereka lakukan sangatberlebihan sehingga membuat perhatian dunia melirik pada kasus ini.
Menurut salah satu pemuka agama di Myanmar yang bernama Wirathu menyatakan bahwa biar dunia tahu kalau kaum muslim rohingya bukanlah salah satu etnis di Myanmar. Pernyataan itu di kutip oleh AFP senin (3/9/2012). Sepertinya kepergian kaum muslim rohingya merupakan satu-satunya solusi yang dapat mereka terima dari kaum mayoritas budha di Myanmar.
Karena keadaan yang makin memanas dan pemuka agama budha di Myanmar makin berani mengusir rohingya dari pemukimannya maka tak jarang kaum rohingya pergi mencari tempat perlindungan ke negara tetangga seperti banglades, malaysia, dan thailand. Akan tetapi tak jarang juga mereka mendapat penolakan dari negara tersebut dengan berbagai alasan.
Menjadi pertanyaan besar adalah “apakah begitu egoisnya negara tetangga sehingga tidak memberikan bantuan keamanan sementara bagi kaum rohingya?”. Seperti bangladesh yang telah menolak beberapa perahu kaum rohingya yang akan mendarat di perairan mereka. tindakan mereka menolak kaum rohingya itu sama saja membunuh karena di lihat dari keadaan negara Myanmar yang sudah tidak aman lagi untuk kaum ini.
Bungkam semua negara tetanga tentang peristiwa ini seolah-olah meraka tidak megetahuinya termasuk itu negara Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yodoyono (SBY) ternyata diam terhadap masalah ini. Tidak seperti tokoh aktifis Ham dan aktifis muslim yang terus berjuang mengecam tindakan kaum budha dan pemerintahan Myanmar yang di anggap tidak manusiawi ini.
Dalam konteks ini tidak ada alasan bagi Indonesia untuk memberikan tempat sementara bagi kaum rohingya seperti halnya pernah dilakukan Indonesia pada rakyat vietnam pada saat negaranya mendapat musibah perang saudara. Indonesia dapat melakukan kembali politik bebas aktifnya sepertiyang pernah di terapkan oleh Soekarno pada zamannya. Jika perlu adanya campurtanya Indonesia di negara Myanmar untuk mengamankan daerah tersebut demi kepentingan tidak terjadinya diskriminasi etnis ditempat lain.
Indonesia sebagai negara yang dimungkinkan sangat rentan terjadi perselisihan antar etnis seharusnya melihat Myanmar sebagai pelajaran dan mengambil hikmahnya. Tidak tertutup kemungkinan kejadian di Myanmar dapat terjadi di Indonesia oleh karena itu Indonesia harus memperlihatkan kemampuannya dalam membina kerukunan umat beragama dengan menyelamatkan kaum etnis muslim rohingya demi kepentingan semua umat beragama.
Kejadian di Myanmar sangat kuat memicu tumbuhnya pemisah antara umat beragama dan antara etnis. Hal ini dapat berdampak ke beberapa negara terutama Indonesia yang terdiri dari multi etnis dan multi agama. Hal yang sangat diharapkan dari pemeritahan Indonesia adalah keikutannya dalam menyelesaikan masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar