Indonesia
adalah negeri yang terdiri dari banyak pulau dan terdapat lima pulau besar
yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua Barat. Secara geografis
Indonesia seharusnya bukanlah manusia yang bergantung pada daratan karena
jumlah lautan di Indonesia jauh lebih luas dari pada daratan. Barang siapa yang
menguasai laut berarti dialah penguasa Nusantara kurang lebih begitulah peran
kerajaan Sriwijaya pada puncak kejayaannya. Indonesia menjadi negara yang
meneruskan wilayah Nusantara seharusnya memanfaatkan laut secara optimal baik
dalam hal mengekploitasi sumber daya laut hingga menjadikan laut sebagai jalur
transportasi utama antar pulau.
Perkembangan Transportasi Nusantara
atau Indonesia sekarang pada awalnya adalah pelayaran mengarungi laut. Budaya
melaut telah lama berkembang di Indonesia sehingga ada bagian komunitas yang
hidup di laut seperti Orang Bajo. Melekatnya jiwa melaut bagi bangsa Indonesia
menjadikan laut bukan hanya sebagai sarana transportasi dan eksploitasi sumber
daya alamnya tetapi juga sebagai sarana perdagangan. Pada abad 15 masehi,
Indonesia telah menjalin hubungan perdagangan denagn berbagai daerah. Banyak
wilayah-wilayah di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menjadi tempat-tempat jalur
perdagangan.
Pelayaran laut membawa Indonesia
menjadi daerah perdagangan dan tumbuhnya ekonomi di beberapa pusat perdagangan
di Nusantara seperti Aceh, Malaka, Sunda Kelapa, Surabaya, dan sebagainya.
Nusantara pada saat itu mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan bahkan menjadi daerah primadona dalam perdagangan bagi bangsa lain.
Sampai pada akhirnya kejayaan ini membuat bangsa asing ingin mendapatkan
keuntungan sehingga membuat mereka menjalankan penjajahan di negeri ini.
Belanda adalah negara yang tidak
main-main dalam menganggarankan pembangunan sarana transportasi. Bukti kongkret
dari semua itu adalah dibuatnya jalur kereta api yang sampai saat ini Indonesia
masing menggunakannya. Tidak hanya jalur darat tetapi jalur laut pun Belanda
membangun armada pelayaran Nusantara. Hingga Indonesia merdeka bahkan sampai
saat ini peninggalan kereta api, rel, dan stasiunnya masih lengkap dapat
dinikmati kemudian.
Sekarang ini kita melihat bahwa
Indonesia maju kearah yang sebenarnya sangat jauh dari perencanaan kedepan.
Pertanyaan yang pertama harus dijawab adalah transportasi yang hingga saat ini
masih bermasalah terutama di Jakarta dan sekitarnya. Jakarta telah menjadi
pusat dari segala bidang mulai dari politik hingga hiburan, mulai dari
kemudahan hingga kesulitan, mulai dari keamanan hingga bencana. Tidak bisa
dipungkiri masalah transportasi menjadi masalah serius bagi masyarakat Jakarta
karena sering memakan waktu jika terjebak macet.
Keberadaan jalan tol di Jakarta pun
tidak terlalu menolong. Jalan tol yang sebenarnya merupakan jalan alternatif
tetapi beralih fungsi menjadi jalan utama. Hingga jalan tol pun tidak jarang
terkena macet apalagi pada jam sibuk. Pertanyaan yang muncul adalah “kenapa
harus membangun jalan tol jika pada awalnya terdapat kesimpulan bahwa jalan tol
tidak menjadi solusi bagi pengurangan kemacetan?”. Menjawab permasalahan
tersebut saya lebih melihat pada kereta api atau kereta listrik sebagai solusi
terbaik untuk mengatasi kerumitan transportasi Jakarta.
Pembangunan jalan tol menjadi
industri infrastruktur yang pada tahun 1978 mulai ditangani oleh Jasa Marga. Berdasarkan
PP no 4 tahun 1978 Jasa Marga mendapat mandat sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang melakukan perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan
jalan tol. Pada tahun 80-an pemerintah mulai membuka kesempatan pada insvestasi
swasta untuk pembangunan jalan tol. Dasawarsa 90-an Jasa Marga terbuka menjadi
lembaga otoritas yang menfasilitasi investor-investor swasta yang sebagian
besar gagal dalam mewujudkan proyeknya seperti JORR dan Cipularang. Jasa Marga
tida sepenuhnya lagi menjadi milik negara tetapi sudah dikuasai oleh swasta
lewat investasi-investasinya.
Tingkat Kecelakaan
Dibandingkan dengan kereta api,
jalan tol justru menjadi alternatifnya yang tidak lebih baik. Jika dilihat dari
angkat kecelakaannya, kereta listrik justru lebih sedikit dari pada kecelakaan
di jalan tol. Selama tahun 2013 kereta api mengalami kecelakaan sebanya 32 kali
sedangkan kecelakaan di jalan tol Jakarta-Cikampek saja seharinya mencapai 36
kali dan setahunya kira-kira 13000 kali di sebuah ruas jalan tol Jakarta
Cikampek. Jika dibandingkan jumlah kecelakaan kereta dengan mobil di jalan tol
Jakarta Cikampek maka kira-kira 1 banding 407 dengan analogi jika kereta api
terjadi kecelakaan sekali maka kecelakaan mobil mencaai 407 kali di jalan tol
tersebut.
Gambar 1. Jumlah kecelakaan di Jalan tol Cikampek
Menumbuhkan ekonomi daerah
Menggunakan
jasa kereta api membuat tumbuhnya ekonomi daerah menjadi lebih baik seperti
beberapa daerah yang dilewati oleh stasiun kereta api. Tidak heran daerah
satelit Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Depok mengalami pertumbuhan ekonomi
yang signifikan karena dilalui oleh kereta. Begitu juga beberapa daerah seperti
beberapa daerah di pulau jawa yang dilalui oleh kereta seperti Nganjuk yang
terkenal dengan penghasil bawang. Daerah-daerah tersebut mengalami pertumbuhan
ekonomi yang bagus sehingga mendorong alur pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat.
Berbeda halnya dengan pertumbuhan
ekonomi akibat jalan tol. Pertumbuhan ekonomi yang pertama terlihat adalah
dialami oleh perusahaan produksi mobil seperti Daihatsu yang memegang penjualan
terbanyak pada tahun 2011. Sedangkan semua prusahaan produksi mobil adalah
insvesitasi asing artinya keuntungan sudah pasti mengalir pada asing. Belum
lagi dalam hal menggati spare part-nya kita masih beragantung pada produk
asing.
Mobil selain mahal dan penyebab
peningkatan kendaraan terbanyak ternyata penghasil polusi juga. Akibatnya mobil
hanya akan menyebabkan masalah baru seperti macet, Jakarta makin panas, ruang
parkir makin sempit, dan sebagainya.
Gambar 2. Jumlah kapasitas mobil, aset, dan tenaga
kerjanya
Tahun
|
Mobil Penumpang
|
Bis
|
Truk
|
Sepeda Motor
|
Jumlah
|
1987
|
1170103
|
303378
|
953694
|
5554305
|
7981480
|
1988
|
1073106
|
385731
|
892651
|
5419531
|
7771019
|
1989
|
1182253
|
434903
|
952391
|
5722291
|
8291838
|
1990
|
1313210
|
468550
|
1024296
|
6082966
|
8889022
|
1991
|
1494607
|
504720
|
1087940
|
6494871
|
9582138
|
1992
|
1590750
|
539943
|
1126262
|
6941000
|
10197955
|
1993
|
1700454
|
568490
|
1160539
|
7355114
|
10784597
|
1994
|
1890340
|
651608
|
1251986
|
8134903
|
11928837
|
1995
|
2107299
|
688525
|
1336177
|
9076831
|
13208832
|
1996
|
2409088
|
595419
|
1434783
|
10090805
|
14530095
|
1997
|
2639523
|
611402
|
1548397
|
11735797
|
16535119
|
1998
|
2769375
|
626680
|
1586721
|
12628991
|
17611767
|
1999*)
|
2897803
|
644667
|
1628531
|
13053148
|
18224149
|
2000
|
3038913
|
666280
|
1707134
|
13563017
|
18975344
|
2001
|
3189319
|
680550
|
1777293
|
15275073
|
20922235
|
2002
|
3403433
|
714222
|
1865398
|
17002130
|
22985183
|
2003
|
3792510
|
798079
|
2047022
|
19976376
|
26613987
|
2004
|
4231901
|
933251
|
2315781
|
23061021
|
30541954
|
2005
|
5076230
|
1110255
|
2875116
|
28531831
|
37623432
|
2006
|
6035291
|
1350047
|
3398956
|
32528758
|
43313052
|
2007
|
6877229
|
1736087
|
4234236
|
41955128
|
54802680
|
2008
|
7489852
|
2059187
|
4452343
|
47683681
|
61685063
|
2009
|
7910407
|
2160973
|
4452343
|
52767093
|
67336644
|
2010
|
8891041
|
2250109
|
4687789
|
61078188
|
76907127
|
2011
|
9548866
|
2254406
|
4958738
|
68839341
|
85601351
|
2012
|
10432259
|
2273821
|
5286061
|
76381183
|
94373324
|
Gambar 3. Jumlah peningkatan kendaraan per tahun
Kereta
listrik atau lebih kita kenal dengan KRL memiliki keuntungan lebih banyak dari
pada memperbanyak pembangunan jalan tol. KRL dapat menampung beban hingga 30
ton pergerbongnya dan jika dibandingkan dengan mobil kereta dapat mengangkut
150 orang dalam sekali jalan. KLR juga kendaraan anti macet atau ban kemps
sehingga perjalanannya jauh lebih aman dari pada menggunakan mobil dengan jalan
tol.
Penulis
menimbang bahwa sesungguhnya jika Indonesia ingin menyelesaikan permasalahan angkutan
darat cukuplah dengan mengembangkan jalur KLR tidak dengan menambah ruas jalan
tol. Selain memakan banyak lahan juga tidak efesien dalam masalah anggaran.
Sumber
Tesis
: Pudji Krisna Murti, Multi Peran Jasa Marga (persero) Sebagai Penyelenggara
Jalan Tol, Fisip UI, Jakarta, 1996.
Situs
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar