Berhentilah berjuang dan bertengkar dalam sistem politik
Demokrasi. Karena kita menang atau pun kalah sama-sama buruk. Kita akan jadi
bara atau jadi arang. Kemenangan berujung keterikatan diri dengan UU yang harus
mengabaikan Titah Tuhan. Dengan sengaja kita menghianati keterikatan dengan
Tuhan yang sudah lebih dulu adanya. Jika kalah, kita tetap sudah berkhianat
untuk suatu materi dunia yang menjerumuskan banyak orang.
Iman pada Tuhan itu lurus seperti cinta. Ketika kita
mencintai seseorang kita menerima konsekuensi dan berkorban untuk terbentuknya
asimilasi yang tercipta tanpa menyakiti orang yang dicintai. Seharusnya iman
pun demikian, Ketika kita memeluk Islam maka sudah seharusnya kita menerima
segala konsekuensi dan melakukan asimilasi kehidupan dengan bagaimana Islam
mengatur kehidupan seorang muslim.
Kadang kita merasa iman kita ini tidak lurus bahkan tak
pernah ada. Namun, bukankah itu proses pendewasaan diri dalam hidup untuk
menjadi lebih baik. Kembali sebelum hancur, bertobat sebelum berakhir. Jangan
sampai terlambat atau berakhir dikala buruk, hancur, dan berkhianat pada Tuhan.
Kita sama-sama saling mengingatkan diri tentang absolutisme iman bahwa tidak
ada titah yang lebih utama dari Titah Tuhan demi kelurusan iman.
‘Aku hanyalah serpihan kaca bahkan butiran debu’. Ya dan
iya, itulah aku, kamu, dan kita. Bahkan kita tak berarti apa-apa dibandingkan
jagat raya ini. Tapi, Tuhan menciptakan kita dalam satu maksud, jalan menuju mencari
maksud tersebut tentunya iman yang tak berkhianat. Kita harus beriman untuk
mencari maksud Tuhan menciptakan kita dan takdir ini. Setidaknya dengan
memungkiri demokrasi, kita menjadi bagian dari orang-orang yang berusaha
meluruskan iman demi menemukan eksistensi diri.
Tolak demokrasi menjadi bagian penting dalam hidup bernegara, bahwa
kedaulatan manusia seharusnya diberikan pada aturan Tuhan. Karena Tuhan
pencipta, Tuhan pembuat alam semesta, dan Tuhan berkehendak dalam Titah-Nya.
Maka sudah seharusnya aturan hidup berbangsa dan ber-internasionalisme diatur
dalam satu Titah Tuhan. Dengan begitu, kita tidak hanya melihat eksistensi kita
di dunia tetapi juga meluruskan masa depan umat manusia seperti kehendak Tuhan
yang menuntun ke katastropis akhir-Nya. Kemenangan untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar