Selasa, 19 November 2013

Sepenggal Kisah Pergerakan Islam di Istitut Pertanian Bogor



Khilafah Islamiyah merupakan suatu bentuk sistem pemerintahan Islam yang dahulu pernah diterapkan oleh Rasulullah. Awal berdirinya sistem ini terlaksana di Madinah dan berakhir pada abad ke-20 M dengan berakhirnya kekhilafahan Turki Usmani atau Ottoman. Berakhirnya sistem pemerintahan Islam ini membuat kosong kekepmimpinan Islam di dunia dan umat Islam terpecah belah dalam bentuk negara-negara dan rasa nasionalismenya masing-masing. Hingga sampai saat ini sistem kekhilafahan menjadi suatu hal yang asing dimata masyarakat muslim.
            Menurut Sa’id Hawwa, Salah seorang dari tokoh penggerak Ihwanul al-Muslimin, sistem khilafah berbeda dengan sistem pemerintahan lain di dunia. Khalifah adalah pemimpin dalam sistem ini dan secara langsung memimpin seluruh umat muslim serta menyelesaikan berbagai konflik umat muslim. Umat muslim yang dimaksud di sini adalah umat muslim di dunia tanpa terkecuali. Sebagaimana sesuai dengan firman Allah An Nissa : 59 yaitu :
“wahai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri diantara kamu…”
Selain itu juga terdapat hadist :
“barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai’at seorang imam (khalifah), maka matinya seperti mati dalam keadaan Jahilliyah.”(HR Muslim)
Hizbut Tahrir adalah partai politik yang berideologikan Islam dan memiliki visi untuk mewujudkan berdirinya khilafah. Pendiri Hizbut Tahrir adalah Taqiyuddin An-Nabhani pada tahun 1953terpusat di Yordania, Suriah, dan Libanon. Sejak itu Hizib menyebarkan pemikiran politiknya keseluruh dunia hingga sampai ke Indonsia pada tahun 1982. Masuknya pemikiran politik Islam dibawah oleh Abdurahman Al Baqdadi dari Suriah.
Pemikiran Hizib kemudian berkembang di kampus-kampus dimana Abdurahman mengajarkan ilmu agama diantaranya yaitu kampus Istitut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi pusat awal penyebaran pemikiran politik Islam serta menjawab semua permasalahan politik yang berkembang pada saat itu. Banyaknya mahasiswa yang mengikuti halaqah-halaqah hizib membuat berubahnya pandangan mahasiswa terhadap perpolitikan.
Mahasiswa yang memiliki pemikiran politik hizib aktif diberbagai organisasi seperti BEM, LDK, dan lainnya. Keaktifan mahasiswa membawa mereka menyampaikan pemikiran politik hizib serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan teraplikasi dalam kehidupan kampus. Pengaruh mahasiswa hizib mulai meresahkan mahasiswa lainnya terutama yang tidak menyukai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BKIM tentang acara music hanya boleh sampai jam 21.00 wib dan berhenti ketika azan dikumandangkan.
Selain dalam organisasi mahasiswa hizib juga berdiskusi dengan dosen-dosen agama tentang pemikiran politik Islam Hizbut Tahrir. Pemikiran politik tersebut masuk kelapisan dosen dan menjadi perbincangan dimana-mana. Badan  Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) sebagai lembaga yang menangani asisten dosen Agama Islam pada saat itu di cabut. Asisten dosen Agama Islam diberikan pada mahasiswa yang nilainya tinggi dalam mata kuliah tersebut.
Pergerakan BKIM sebagai suatu lembaga dakwah kampus IPB berhasil dipegang oleh mahasiswa hizib. Dakwah mahasiswa hizib semakin gencar dan meluas tidak hanyak di kampus IPB bahkan kekampus-kampus lainnya seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universita Negeri Jakarta, dan lain sebagainya. Lewat jaringan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) mewadahi kampus-kampus lain untuk saling berkomunikasi dan menyampaikan pemikiran politik Islam hizib.
Mahasiswa hizib tidak hanya berdakwah sendiri akan tetapi ada seperti mahasiswa Tarbiyah (GMNI) atau mahasiswa HMI. Hanya saja dalam bentuk pemikiran politik Islam mareka merselisih paham.
Pada tahun 2000/2001, mahasiswa hizib meramaikan pemilihan presiden mahasiswa (presma). Keikutsertaan mahasiswa hizib pada pemilihan presma ini selain bertujuan untuk mendapat dominasi mahasiswa IPB juga untuk memperkokoh dan mempertegas pandangan politik mahasiswa hizib tentang demokrasi, kapitalisme, sekularisme, dan isme-isme lainnya yang bersumber dari barat sebagai salah satu faktor kemunduran kaum muslimin. Solusi yang mereka usungkan tiada lain adalah kembali kepada pedoman yang telah disampaikan rasulullah yaitu Al quran dan Hadist serta ijma’ sahabat serta mencontoh sistem pemerintahan Islam yaitu kekhilafahan.
Tahun 2005/2006, bursa pencalonan presma hanya diwarnai oleh dua kandidat dari dua latar belakang. Mahasiswa hizib IPB diwakili oleh pasangan Felix Yanuar Siauw dan Deni Ejar Irmawan. Pasangan calon presma ini berlatar belakang dari organisasi BKIM sebelumnya. Dasar visi mereka sebagai calon presma adalah menjadikan Islam sebagai satu-satunya sumber pemahaman, standar yang diyakini oleh civitas akademika IPB. Sedangkan Misi dari calon tersebut diantaranya adalah Menyelenggarakan pendidikan politis bernbasis Islam secara berkala pada masyarakat IPB, Menyelenggarakan secara rutin syi’ar-syi’ar Islam, dan lain sebaginya.

Sumber : Nur Hanifah, Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) : Studi Kasus Aktivitas HTI di Institut Pertanian Bogor (IPB), skripsi, (Depok : 2007), Universitas Indonesia.